Sabtu, November 24, 2012

sungguh

sungguh..
aku mecintaimu di setiap hembusan sisa nafasku..
sungguh..
aku menyayangimu....
di seluruh catatan takdirku..
aku sungguh..
aku mecintiau..
aku manyayangimu..
aku merindumu

Sabtu, November 17, 2012

kenangan "Al Mujahidin"

menjalani hari bersama kalian.....
akan membawa sebuah cerita baru di kehidupan ini
rangkaian demi rangkaian cerita yang terhias indah.
melebur dengan kalam-kalam suci
yang telah kalian lantunkan...
tersimpan dalam kalam jiwa..
sahabat...
catatan ini untukku dan untuk kalian...
terima kasih...
telah menemaniku mengejar mimpiku yang tertunda..
bersama kalian....kuyakini..
semua akan berakhir indah....

El_Zhemary....usai setoran hapalan.......

Selasa, November 13, 2012

Rembulan (Jangan Menghilang)

Pagi masih tampak anggun berhias kabut tipis yang menyelimuti perbukitan. Angin dingin yang berhembus pelan masih setia, membawa pesan dari kisah semalam yang belum usai. Mereka berlarian kecil saling berkejar-kejaran sambil sesekali membelai dedaunan dan ranting-ranting pohon yang masih basah karena embun yang belum menghilang, hingga beberapa melodi merdu sempat tercipta saat keduanya beradu.
Begitu juga hati pemuda yang kini tengah diam, berdiri mematung hampir seperempat jam di pematang sawah, membiarkan pandangannya beradu dengan langit yang mulai tampak cerah, namun bola mata itu tidaklah benar-benar menatap langit, bola mata itu terus mengamati sesuatu yang masih tampak samar walau pagi sudah muncul.
“ Rembulan....!” desah pemuda itu lirih. Bibirnya kembali terkatup rapat. Dingin yang menghujam tubuhnya ia biarkan, ia tak peduli dengan apa yang kini terjadi di dalam hidupnya. Yang menjadi satu hal terpenting dalam hidupnya adalah ia harus segera menyelesaikan semua yang masih tertunda, mewujudkan semua mimpi-mimpinya.
“ Apakah kamu akan menghilang di kala siang datang....? Apakah kamu akan meninggalkanku di saat singa itu muncul ? Rembulan...Rembulan.....Kamu memang datang hanya di waktu malam....Tapi aku yakin.....Esok kamu akan menjadi rembulan yang selalu menerangi siang dan malamku...! Rembulanku...!” bisik pemuda itu datar, seakan tengah berbicara dengan sekawanan burung yang baru saja terbang tidak jauh dari hadapannya.
Perlahan namun pasti, akhirnya sinar keemasan mulai menembus kabut, membawa sebuah kabar baru. Sejenak pemuda itu mengalihkan pandangan dimana sinar itu muncul, seraya menguntai senyum ia kembali berkata dalam keheningan.
“ Matahari..!”
Ia kembali tersenyum, dan ingatannya tertuju pada sahabatnya Vicky, tepatnya tentang percakapan keduanya saat tengah larut malam seraya menikmati indahnya bintang gemintang yang bercanda bersama rembulan.
“ Zhey.....Kamu lihat rembulan itu ?” ujar Vicky datar. Bola matanya yang hitam cerah menatap rembulan yang bertahta dengan angun di langit, bagai seorang putri dengan mahkota serta gaun terindahnya yang berlapisan cahaya.
“ Iya !” pemuda yang ternyata bernama Zhey itu langsung merubah posisi wajahnya yang semula tertunduk, ia ikut mengamati rembulan yang bersinar sempurna malam itu.
“ Aku pernah mecintai seorang gadis.....Aku menganggap dia adalah rembulan...! tapi sayang gadis itu harus menghilang di siangku karena matahari....Andai aku bisa..! Aku akan meminta kepada Allah...Agar aku menjadi seorang raksasa terbesar....Hingga aku bisa menghalangi matahari...dan rembulan tidak akan pernah menghilang lagi..! tapi aku tidak bisa..dan rembulan itu akhirnya menghilang dari hidupku.....” ujar Vicky. Wajahnya tampak cerah.
“ Beh.....Ada-ada saja kamu Vick...!”
“ Ya gimana lagi ? Jika itu satu-satu cara yang bisa kulakukan....Mau gimana lagi !”
“ Bener....semua memang butuh pengorbanan.....! termasuk cinta...”
****
“ Allah..!” pemuda itu kembali mendesah, mengakhiri memorinya tentang percakapannya dengan sahabatnya di malam lusa. Kini pikiran itu tengah berkecamuk tentang beberapa pertanyaan yang hadir sejak dialog malam lusa.
Apakah aku bisa terus bersama rembulan ?
Apakah aku harus menjadi seorang raksasa agar aku bisa menghalangi matahari, dan rembulan tidak akan mengilang lagi ?
Lalu...Apa yang bisa aku berikan untuk rembulanku di sisa perjalanan hidupku ini ?
“ Ya Allah ampuni hamba..!” dalam resah penuh harap, dalam cinta yang terus berselimut kerinduan yang tiada henti mengalir pemuda itu berdoa, menyampaikan sebuah salam cintanya untuk Dzat Yang Maha Mendengar, untuk Dzat Yang Lebih Mengetahui tentang siapa gadis yang kelak akan benar-benar menjadi rembulan dalam hidupnya, andai nama antara dirinya dan seseorang yang telah terlukis di Lauhul Mahfud mampu diubah, ia tak akan letih untuk berdoa, agar nama gadis yang kini terukir di dalam jiwanyalah yang akan menjadi rembulannya, gadis yang akan melengkapi separuh perjalanan hidupnya, gadis yang akan menyempurnakan hidupnya.
“ Keyla...!”
****
“  Gimana ? udah Ketemu sama rembulan kamu ? “ tanya Vicky tanpa beban seraya duduk di samping Zhey yang masih tampak letih usai dari pematang sawah sejak pagi tadi.
“ Sudah.....! Tapi aku takut kehilangannya..!” balas Zhey.
“ La kamu sejak tadi pagi dari mana ? Tak cari kemana-mana ndak ada....Eh tau-tau udah di asrama!”
“ Maaf....Tadi pagi pergi ke pematang sawah..!”
“ Hapalan ta  ?” potong Vicky.
Zhey menggeleng pelan.
“ Trus ?” Vicky mengeryitkan dahi. Menatap Zhey dalam.
“ Ndak ada..Cuma pengen ke sana aja....Melepas beban..! Pikiranku lagi mumet..!” balas Zhey.
“ Weleh-weleh.....apa gara-gara rembulan sampean ta ?”
Zhey diam sejenak, hatinya tak bisa memungkiri, semua yang terjadi di pagi ini karena semua nama, sebuah nama dari rembulan terindah yang telah ia temukan. “ Keyla”
“ Mungkin....! “ dengan datar Zhey mengungkap apa yang memang tengah berselorok di kedalam jiwanya.
“ Tenang saja ....Selama rembulan itu kamu  jaga..! Insya Allah...Dia akan tetap menjadi rembulan terindah untuk kamu dan hidupmu....Jangan sampai kamu melukainya...atau mmebuat rembulan meneteskan air mata....Terimalah segala kekurangannya....mengertilah apa yang ia harapkan...! Berilah sebuah kisah terindah untuk rembulan kamu....dan jadikanlah dia sebagai rembulan terakhir di perjalanan cintamu...!”
“ Tapi..apa yang aku isa berikan untuk rembulanku dengan segala kekurangan yang aku miliki saat ini...!?” tanya Zhey sedih, ia ragu, apakah ia benar-benar mampu menjaga sang rembulan agar tetap bersinar.” Apa aku harus menjadi raksasa yang menghalangi matahari ?” lanjut Zhey.
“ Tidak perlu...kamu tidak perlu melakukan apapun....saat rembulan datang di malam hari, sambutlah dia dengan cintamu....Saat ia pergi di kala siang...Maka sabarlah menantinya....Sabarlah menunggu kedatangannya.....,  dan jangan sampai cinta itu berubah...Cintailah rembulan sebagaimana ia indah di malam hari.....Cintailah rembulan  sebagaimana ia harus menghilang di kala siang....! Itulah.......Hal terindah yang bisa kamu lakukan untuk rembulanmu...., dan berdolah pada Sang Maha Cinta......Pintalah agar Rembulan jangan lagi menghilang......”
“ Terima kasih.....Insya Allah....!”


Erdianz El_Qudzy
 29 oktober 2012 dalam sebuah catatan nafas kerinduan untukmu di sana.

Minggu, November 11, 2012

Lukai..

pagi itu..aku berharap..kamu akan menyapaku
kamu akan memberi sebuah senyuman untukku..
tapi sayang..
semua yang kuharap....engaku tepis..
kau membuat aku terluka dan terluka..
kau biarkan jiwaku terus bermain dalam resah...
aku ingin engkau tahu..
bhawa dengan melihat senyumanmu..
aku bisa tenang..
tapi kau menolaknya...
dan itulah
yang sampai saat ini membuatku mengukir sajak..
sajak luka karena hatiku yang telah engkau hujam
dalam sebuah ungkapan rasa yang menyiksa...

Selasa, November 06, 2012

Novel Air Mata Nayla


Air Mata Nayla
Kode : 9786027641730

Oleh : Muhammad Ardiansha El Zemary
Harga : Rp. 40000
Ukuran : 14x20cm
Tebal :
Terbit : Oktober 2012
Penerbit : Najah


Sekilas tentang isi buku
Aku mendesah pelan, menyadari ada sebuah nama yang telah terukir dalam hati ini, tapi aku tidak tahu siapa. Nama itu selalu hadir dan membuat aku selalu diam. Aku mencoba mencari sosok itu, sosok yang akan aku hapus jika kelak aku akan berdampingan dengan putri Kiai Jazuli. Tapi sayang, sampai detik ini aku belum juga menemukan nama yang hadir dalam hatiku.
***
Perjodohan keluarga membawa Hanif ke Kalimantan untuk mewujudkannya. Sayang, kecelakaan kapal membuatnya kehilangan segalanya, termasuk ingatannya. Ia pun ditampung oleh seorang nelayan yang kemudian memberinya nama baru: Ahmad Leonardo, termasuk menyekolahkannya. Di sekolah barunya itulah Hanif bertemu dengan sesosok gadis yang kemudian selalu menari-nari di pikirannya. Nayla.
    Beruntung, amnesia Hanif tak berlangsung lama. Ingatannya yang sempat terputus kembali hadir. Sayang, Hanif harus membayar mahal untuk ingatannya yang hilang itu. Ia harus kehilangan memori saat dirinya amnesia, termasuk penggalan memorinya tentang Nayla. Dan, keduanya pun harus terpisah.
    Lantas, bagaimanakah kelanjutan kisahnya? Mampukah Hanif menemukan kembali ingatan tentang gadis yang namanya telah terpatri di hatinya itu? Ataukah ia akan berakhir di pelaminan dengan gadis yang dijodohkan oleh keluarganya?
    Sebuah pencarian akan cinta yang sempat menghilang. Sungguh kisah yang menyentuh!

Kebahagiaan sejati bukanlah dicintai, akan tetapi belajar mencintai.

Sabtu, November 03, 2012

sahabat...aku merindumu



teringat sebuah kisah di masa lalu..
tentang engkau q dan kita..
tentang canda tawa..
tentang senyuman...
dan tentang duka yang kadang terlintas..
sahabat..aku merindumu

Syair tobat

di senja ini...sebuah nada kembali berlagu...
membias lirih dalam desah nafas yang memburu..
mencoba berlari cepat..namun hanya bisa diam..
tiada langkah yang tercipta..
mengapa ?
mengapa hanya diam ?
berlariah ?
berlarilah jika engkau mampu ???
berlarilha....
jauhilah sebuah tempat itu..
dimana hanya gelap dan sesak yang ada
jauhilah sayap izrail...
sedangkan namamu sudah tertulis dalam daftarnya,....
berlarilah..
atau justru engkau akan memliih..
menyiapkan syair tobat..
agar izrail tersenyum padamu....

bunga layu

membawa sebuah cerita di balik dawai yang terpetik..
ia hadir dalam catatan nada terindah..
melagu dan meleok bagai sebuah alunan takdir...
meringkas bibir basah yang merindu....
aku mengenalmu..
sebagai bunga layu di tepi pertamanan cinta..
kau lukai...
dan kau terluka..
hanya saja..hujan dan rembulan telah datang padamu.. 
hingga engkau kini tumbuh menjadi bunga anggun..
bersolek kesempurnaan...

Jumat, November 02, 2012

Membaca pikiran orang lain

Banyak anggapan bahwa membaca pikiran adalah pekerjaan seorang psikolog, paranormal atau bahkan dukun. Namun, percaya atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari, anda semua adalah seorang pembaca pikiran. Sebab, tanpa kemampuan untuk mengetahui pikiran serta perasaan orang lain, kita semua tak akan mampu menghadapi situasi sosial semudah apapun. Dengan membaca pikiran, kita dapat membuat perkiraan tentang tingkah laku seseorang lalu membuat kita dapat menentukan keputusan berikutnya.
Jika kita melakukan pembacaan ini dengan buruk, dampaknya bisa serius: konflik bisa saja terjadi akibat kesalahpahaman. Contoh yang nyata kesulitan mengenali pikiran dan perasaan orang lain—mindblindness, dapat dilihat pada penyandang autisme, dimana ketidakmampuan tersebut menjadi suatu kondisi yang mengganggu.
Kemampuan membaca pikiran ini, yang oleh William Ickes—profesor psikologi di University of Texas, disebut sebagai emphatic accuracy.
Darimana asalnya?
Kemampuan (terbatas) kita untuk membaca pikiran menurut Ross Buck–profesor Communication Sciences di University of Connecticut, memiliki sejarah yang amat panjang. Dikatakannya bahwa, melalui jutaan tahun evolusi, sistem komunikasi manusia berkembang menjadi lebih rumit saat kehidupan juga menjadi lebih kompleks. Membaca pikiran lantas menjadi alat untuk menciptakan dan menjaga keteraturan sosial; seperti membantu mengetahui kapan harus menyetujui sebuah komitmen dengan pasangan atau melerai perselisihan dengan tetangga.
Kemampuan ini sendiri muncul sejak manusia dilahirkan. Bayi yang baru lahir lebih menyukai wajah seseorang dibandingkan stimulus lainnya, dan bayi berusia beberapa minggu sudah mampu menirukan ekspresi wajah. Dalam 2 bulan, bayi sudah dapat memahami dan berespon terhadap keadaan emosional dari pengasuhnya. Nancy Eisenberg, profesor psikologi di Arizona State University dan ahli dalam perkembangan emosional, menuturkan bahwa bayi berusia 1 tahun mampu mengamati ekspresi orang dewasa dan menggunakannya untuk menentukan tingkah laku berikutnya. Lanjutnya, bayi usia 2 tahun mampu menyimpulkan keinginan orang lain dari tatapan matanya, dan di usia 3 tahun, bayi dapat mengenali ekspresi wajah gembira, sedih atau marah. Saat menginjak usia 5 tahun, bayi sudah memiliki kemampuan dasar untuk membaca pikiran orang lain; mereka telah memiliki “teori pikiran.” Bayi tersebut mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan dan kepercayaan yang berbeda dengan yang mereka miliki.
Anak-anak tadi mengembangkan kemampuan membaca pikiran dengan mengamati pembicaraan orang dewasa, dimana mereka membedakan kompleksitas aturan dan interaksi sosial. Selain itu, kegiatan bermain dengan teman sebaya juga dapat melatih anak untuk membaca pikiran anak lainnya. Namun, tak semua anak bisa mengembangkan kemampuan ini. Anak-anak yang mengalami penelantaran dan kekerasan cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan kemampuan membaca pikiran ini. Sebagai contoh, anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan, mungkin akan jauh lebih peka terhadap ekspresi marah, walaupun sesungguhnya emosi marah tidak muncul.
Lanjut lagi, kemampuan membaca pikiran yang lebih maju biasa muncul pada masa remaja akhir. Hal ini terjadi karena kemampuan untuk menyimpan perspektif dari beberapa orang di saat yang sama—dan lalu mengintegrasikannya dengan pengetahuan kita dan orang yang bersangkutan itu—seringkali membutuhkan kemampuan otak yang sudah jauh berkembang.
Bagaimana Membaca Pikiran?
Membaca bahasa tubuh adalah komponen inti dari membaca pikiran. Lewat bahasa tubuh, kita bisa mengetahui emosi dasar seseorang. Peneliti menemukan bahwa ketika seseorang mengamati gerak tubuh orang lain, mereka dapat mengenali emosi sedih, marah, gembira, takut dll, bahkan ketika pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim.
Ekspresi wajah juga merupakan penanda bagi kita untuk dapat mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Namun sayangnya, banyak dari kita yang tidak mampu untuk mendeteksi ekpresi ini. Salah satu sumber yang kaya akan penanda ini adalah mata seseorang; otot-otot di sekitar mata. Mata seseorang adalah sumber penanda yang paling kaya jika dibandingkan bagian lain yang ada di wajah. Contohnya: mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut, terlihat tidak fokus kala sedang berkhayal, menatap tajam penuh kecemburuan, atau menatap sekitarnya ketika tidak sabar.
Kita dapat semakin tahu pikiran orang lain dari komponen-komponen dalam percakapan—kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Namun diantara ketiganya, Ickes menemukan bahwa isi pembicaraan menjadi komponen terpenting dalam membaca pikiran dengan baik.
Menjadi Pembaca Pikiran Ulung
Lalu, bagaimana kita bisa menjadi seorang pembaca pikiran yang lebih baik? Tim dari Psychology Today telah merumuskan beberapa hal yang bisa membantu kita membaca pikiran.
Kenalilah orang lain. “Kemampuan membaca pikiran akan meningkat, semakin kita mengenal lawan bicara kita,” kata William Ickes. Jika kita berinteraksi dengan seseorang selama kurang lebih sebulan, kita akan lebih mudah untuk mengenali apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal tersebut dapat terjadi karena: kita mampu mengartikan kata-kata dan tidakan orang lain dengan lebih tepat, setelah mengamatinya dalam berbagai situasi; kedua, kita mengetahui apa yang terjadi dalam hidup mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memahami mereka dalam konteks yang lebih luas.
Minta umpan balik. Penelitian menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan kemampuan membaca dengan cara menanyakan kebenaran dari tebakan kita. Misalnya, “Saya mendengar, sepertinya Engkau sedang marah. Benar tidak?”
Perhatikan bagian atas dari wajah. Emosi yang palsu, biasanya diungkapkan pada bagian bawah wajah seseorang. Sedangkan, menurut Calin Prodan—profesor neurologi di University of Oklahoma Health Sciences Center, emosi utama bisa dilihat dari sebagian ke atas wajah, biasanya di sekitar mata.
Lebih ekspresif. Ekspresivitas emosi cenderung timbal balik. Ross Buck, “semakin kita ekspresif, semakin banyak pula kita akan mendapat informasi mengenai kondisi emosional dari orang lain di sekitar kita.”
Santai. Menurut Lavinia Plonka, pengarang Walking Your Talk, seseorang cenderung “menyamakan diri” dengan lawan bicaranya melalui postur tubuh dan pola napas. Jika anda merasa tegang, teman bicara anda bisa saja, secara tak sadar, menjadi tegang pula lalu terhambat, dan akhirnya menjadi sulit untuk dibaca. Ambillah napas panjang, senyumlah, dan coba untuk menampilkan keterbukaan dan penerimaan kepada siapapun yang bersama anda.
Tinjauan Kritis
Perlu kita ingat, bahwa ekspresi emosi bisa berbeda di berbagai budaya. Ekspresi sedih di satu budaya, bisa jadi diinterpretasikan sebagai emosi lain di budaya lain. Jadi jika ingin membaca seseorang, kita perlu memperhatikan pula unsur budaya yang berlaku di tempat tinggal orang itu, jangan sampai salah menebak, atau bahkan memicu terjadinya kesalahpahaman.
Kita juga tak bisa mengesampingkan fenomena membaca pikiran ini sebagai sebuah fenomena yang biasa diasosisasikan dengan kemampuan supranatural, sebab percaya tidak percaya, memang ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran yang sulit dijelaskan ilmu pengetahuan. Setidaknya penulis telah menemukan beberapa orang dengan kemampuan membaca pikiran, yang bahkan mampu melihat masa depan dan berbagai macam hal yang sulit diterima nalar.

Bahwa aku

di fajar......aku merindukanmu dalam nafasku...
berharap...engkau hadir membias dalam sebuah senyuman...
menunggu....sebuah perjamuan cinta kau dan aku..
hanya lewat sebait syair sederhana inilah
jiwaku mampu mengungkap semua..
mengatakan pada semesta..
bahwa aku mecintiamu..
bahwa aku merindumu..
bahwa aku menunggumu..
bahwa aku ingin bersamamu...
lengkapi aku dengan cintamu...
dan kan kujaga engkau dengan cintaku..

erdian el qudzy.