Sabtu, November 30, 2013

Catatan Izra'il Part 1

Takdir. Kata sederhana itulah yang membuat aku meluangkan waktu untuk menulis sepenggal kisah dalam lembaran ini. Jika kalian bertanya tentangku, aku rasa kalian semua sudah tahu banyak. Aku juga mahluk seperti kalian, namun aku diciptakan dari cahaya yang suci, aku bisa berubah menjadi apapun, aku tidak memiliki nafsu, dan aku akan selalu patuh terhadap semua perintah dari Sang Pencipta, Allah. Jelas aku berbeda dengan kalian yang terkadang hengkang dengan perintahNya, tentu saja untuk urusan patuh aku lebih beruntung dari kalian (manusia/jin), tapi kalau masalah jiwa aku rasa aku kurang beruntung, aku tidak bisa merasakan cinta yang konon mampu menghitamkan warna pelangi, aku tidak bisa merasakan rindu yang kehadirannya mampu membawa manusia terbang tanpa sepasang sayap. Ah tentu saja indah, dan sayang aku tidak bisa merasakan itu.
Izrail, begitulah Tuhan memberi nama kepadaku, dan kalian bisa memanggilku apa saja, Izra, Rail, atau mungkin sang pencabut nyawa, atau mungkin Malaikat pencabut nyawa. Ya ! kalian benar, aku memang bertugas untuk mencabut nyawa dari setiap mahluk yang masih bernafas, ada berjuta-juta deret nama yang tertera di buku catatan yang selalu kubawa kemanapun. Nama yang tersusun rapi dari abjad A sampai Z, dan bisa saja salah satu dari nama yang akan kudatangi kali ini adalah nama dari mereka yang kini tengah duduk tenang bertopang dagu di atas kursi putarnya, mereka yang tengah menari bebas di cafe maupun bar, mereka yang tengah berfoya-foya dengan uang hasil korupsi, mereka yang tengah asyik 'genda'an' di pojok Kampus atau sekolah, atau bisa saja kalian yang tengah membaca larut dalam catatanku kali ini..Ha..Ha..Ha..
Tapi kalian tenang saja, aku tidak akan mencabut nyawa kalian kok, soalnya sekarang aku lagi libur tugas.  Oh iya, mumpung libur, aku ingin menuliskan sepenggal kisah tentang beberapa nyawa yang pernah kutemui  lewat tangan seorang pemuda yang tanpa sengaja bertemu denganku saat pulang dari maqam Mbah Yai Muhtar. Dan ini adalah kisah tentang seorang pemuda dengan seorang gadis yang sangat ia cintai. Semoga kisah ini bisa menghibur kalian sebelum aku mendatangi kalian untuk kembali kepadaNya
****
Kutarik nafas dalam beriring pandanganku yang hanya menghujam beku ke tubuh kurus yang kini duduk bersila menatap ke arah senja yang memerah indah. Berpadu dengan panorama alam yang begitu sempurna, dimana burung-burung camar berterbangan kembali ke sarangnya, beberapa hewan malam sudah menyiapkan bekal untuk menyambut datangnya malam, namun berbeda dengan Pemuda itu, seharian ia diam dan terus diam, seakan lupa dimana keberadaan sekarang. Seakan lupa dengan semua yang telah terjadi di dalam hidupnya.
Luka. Mungkin hal itulah yang kini dirasakan pemuda kurus itu, sebenarnya wajahnya tampan, hanya saja wajah itu tidak begitu terawat. Karena merasa kasihan, akupun memutuskan mendatangi Pemuda itu dalam wujud manusiaku, aku mengenakan baju kemeja berwarna biru muda, sebiru laut di senja ini, lalu dipadu celana hitam, sehitam bola mataku yang kini membuat wajah tampanku semakin sempurna, akupun berani bertaruh, akulah mahluk paling tampan yang ada dalam perwujudan senja kali ini.
“ Assalamu'alaikum..!” kuucapkan salam lirih. Membuat pemuda itu menoleh seketika, tanpa ekpresi ia menatapku,  sebuah tatapan yang benar-benar menyimpan duka. Ia diam sejenak, lalu kembali melarutkan pandangan ke arah matahari yang hampir terbenam. Seakan tak memperdulikan kehadiranku.
“ Kamu kenapa ? Apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupmu…! Apa kamu mau bercerita denganku…Dengan orang yang baru kamu temui di senja ini… oh iya ! Kenalkan namaku Izra…..Kamu siapa ?” ujarku bersikap ramah, berharap ia bisa menceritakan apa yang sebenarnya tengah ia rasakan.
“ Lana…Namaku Lana Zidan….Apa benar kamu mau mendengarkan kisahku….Kisah yang telah membuat semua orang menganggap aku bodoh….Menganggap aku pemuda gila….Aku memang bukan Majnun yang merindukan Layla…Aku hanyalah pemuda biasa yang kini mencoba mengerti tentang arti cinta..!” balas Pemuda itu cepat, secepat air mata yang menetes dari pelupuk matanya.
“ Cinta…! Apa yang terjadi dengan cintamu…Maukah kamu menceritakan kepadaku..!”
“ Baiklah…Aku akan menceritakannya..!” balas pemuda itu serata menyeka air matanya dengan tangannya yang kurus menghitam. Dan iapun menceritakan sepenggal kisahnya.
Dulu pemuda itu jatuh cinta dengan seorang gadis saat ia masih duduk di bangku 2 SMA. 5 tahun lebih keduanya menjalin hubungan dan berjanji akan menikah setelah menamatkan kuliah, namun ternyata sang gadis harus pergi ke Negeri sebrang meninggalkan pemuda itu sebelum keduanya menjalin janji suci. Sebelum keduanya berpisah, keduanya berjanji untuk bertemu di sebuah pantai dimana keduanya pernah mengikat janji dan saling bertukar cincin. Dan hingga saat ini pemuda itu masih menunggu setelah 10 tahun berlalu, menunggu dan terus menunggu dalam rindu yang tak pernah terhapus. Menunggu di waktu ini, di senja ini, di pantai yang telah menjadi saksi kesejatian cintanya untuk sang gadis yang kini entah berada dimana.
Akupun menatap pemuda itu kasihan, lalu kutanyakan siapa nama gadis yang telah ia tunggu selama 10 tahun lalu. Dan dengan suara yang berat beriring air mata ia menjawab.
“ Almira….Gadis yang kucinta bernama almira..!”
Mendengar nama gadis yang disebut pemuda itu. Aku terdiam, seakan tak lagi asing dengan nama indah itu. Segera, kubuka daftar nama dalam catatanku, sampai akhirnya aku menemukan nama yang cocok dengan nama gadis yang dicintai pemuda itu, Almira.
Dan akupun membaca dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi dengan Almira, ternyata aku telah diperintahkan Tuhan untuk mengambil nyawanya saat terjadi kecelakaan pesawat Adam Air yang terjadi sekitar tahun 2005, 7 tahun yang lalu. Dan itu artinya pemuda itu benar-benar telah menunggu gadis itu sekian lamanya.
“ Hai Pemuda….Bolehkah aku meminta ?” ujar pemuda itu mengagetkanku. Aku segera menyembunyikan buku catatanku.
“ Iya apa ?”
“ Sebelum kamu pergi,  tolong sampaikan pada Tuhanku… Aku ingin bertemu dengaNya dengan membawa cinta dan rindu yang sudah kusimpan selama ini….!”
Sebuah permintaan yang menyedihkan. Akupun berlalu dengan sebuah bisikan haru dalam jiwa. Kurasa sebentar lagi pemuda itu akan segera kembali kepadaNya, karena aku telah dipinta olehNya untuk menjemputnya tepat setelah matahari terbenam, sesuai jadwal. Semoga ia bisa bertemu sang kekasih di surga sana. Di dalam perjamuan terindah. Dimana ia akan bisa abadi dalam cinta nan sejati.
****
Kutulis dalam pojok buku catatan sebagai peringatan bagi mereka yang mengenal “ Cinta” :
 Cintailah dan tunggu dari apa yang kamu yakini.  Peganglah janjimu jika kamu memang mencintainya, Karena hal itulah yang akan menyatukan dua pecinta dalam satu kata, satu bahasa yang indah.
Dan untuk kisah selanjutnya….Entah siapa yang akan aku kunjungi ? Apa mungkin kalian…Bisa saja, karena aku hanya menjalankan perintah Tuhan, tiada kuasa melawan, aku akan selalu patuh, karena aku Izrail, dan ini catatanku..

0 komentar: