Selasa, November 13, 2012

Rembulan (Jangan Menghilang)

Pagi masih tampak anggun berhias kabut tipis yang menyelimuti perbukitan. Angin dingin yang berhembus pelan masih setia, membawa pesan dari kisah semalam yang belum usai. Mereka berlarian kecil saling berkejar-kejaran sambil sesekali membelai dedaunan dan ranting-ranting pohon yang masih basah karena embun yang belum menghilang, hingga beberapa melodi merdu sempat tercipta saat keduanya beradu.
Begitu juga hati pemuda yang kini tengah diam, berdiri mematung hampir seperempat jam di pematang sawah, membiarkan pandangannya beradu dengan langit yang mulai tampak cerah, namun bola mata itu tidaklah benar-benar menatap langit, bola mata itu terus mengamati sesuatu yang masih tampak samar walau pagi sudah muncul.
“ Rembulan....!” desah pemuda itu lirih. Bibirnya kembali terkatup rapat. Dingin yang menghujam tubuhnya ia biarkan, ia tak peduli dengan apa yang kini terjadi di dalam hidupnya. Yang menjadi satu hal terpenting dalam hidupnya adalah ia harus segera menyelesaikan semua yang masih tertunda, mewujudkan semua mimpi-mimpinya.
“ Apakah kamu akan menghilang di kala siang datang....? Apakah kamu akan meninggalkanku di saat singa itu muncul ? Rembulan...Rembulan.....Kamu memang datang hanya di waktu malam....Tapi aku yakin.....Esok kamu akan menjadi rembulan yang selalu menerangi siang dan malamku...! Rembulanku...!” bisik pemuda itu datar, seakan tengah berbicara dengan sekawanan burung yang baru saja terbang tidak jauh dari hadapannya.
Perlahan namun pasti, akhirnya sinar keemasan mulai menembus kabut, membawa sebuah kabar baru. Sejenak pemuda itu mengalihkan pandangan dimana sinar itu muncul, seraya menguntai senyum ia kembali berkata dalam keheningan.
“ Matahari..!”
Ia kembali tersenyum, dan ingatannya tertuju pada sahabatnya Vicky, tepatnya tentang percakapan keduanya saat tengah larut malam seraya menikmati indahnya bintang gemintang yang bercanda bersama rembulan.
“ Zhey.....Kamu lihat rembulan itu ?” ujar Vicky datar. Bola matanya yang hitam cerah menatap rembulan yang bertahta dengan angun di langit, bagai seorang putri dengan mahkota serta gaun terindahnya yang berlapisan cahaya.
“ Iya !” pemuda yang ternyata bernama Zhey itu langsung merubah posisi wajahnya yang semula tertunduk, ia ikut mengamati rembulan yang bersinar sempurna malam itu.
“ Aku pernah mecintai seorang gadis.....Aku menganggap dia adalah rembulan...! tapi sayang gadis itu harus menghilang di siangku karena matahari....Andai aku bisa..! Aku akan meminta kepada Allah...Agar aku menjadi seorang raksasa terbesar....Hingga aku bisa menghalangi matahari...dan rembulan tidak akan pernah menghilang lagi..! tapi aku tidak bisa..dan rembulan itu akhirnya menghilang dari hidupku.....” ujar Vicky. Wajahnya tampak cerah.
“ Beh.....Ada-ada saja kamu Vick...!”
“ Ya gimana lagi ? Jika itu satu-satu cara yang bisa kulakukan....Mau gimana lagi !”
“ Bener....semua memang butuh pengorbanan.....! termasuk cinta...”
****
“ Allah..!” pemuda itu kembali mendesah, mengakhiri memorinya tentang percakapannya dengan sahabatnya di malam lusa. Kini pikiran itu tengah berkecamuk tentang beberapa pertanyaan yang hadir sejak dialog malam lusa.
Apakah aku bisa terus bersama rembulan ?
Apakah aku harus menjadi seorang raksasa agar aku bisa menghalangi matahari, dan rembulan tidak akan mengilang lagi ?
Lalu...Apa yang bisa aku berikan untuk rembulanku di sisa perjalanan hidupku ini ?
“ Ya Allah ampuni hamba..!” dalam resah penuh harap, dalam cinta yang terus berselimut kerinduan yang tiada henti mengalir pemuda itu berdoa, menyampaikan sebuah salam cintanya untuk Dzat Yang Maha Mendengar, untuk Dzat Yang Lebih Mengetahui tentang siapa gadis yang kelak akan benar-benar menjadi rembulan dalam hidupnya, andai nama antara dirinya dan seseorang yang telah terlukis di Lauhul Mahfud mampu diubah, ia tak akan letih untuk berdoa, agar nama gadis yang kini terukir di dalam jiwanyalah yang akan menjadi rembulannya, gadis yang akan melengkapi separuh perjalanan hidupnya, gadis yang akan menyempurnakan hidupnya.
“ Keyla...!”
****
“  Gimana ? udah Ketemu sama rembulan kamu ? “ tanya Vicky tanpa beban seraya duduk di samping Zhey yang masih tampak letih usai dari pematang sawah sejak pagi tadi.
“ Sudah.....! Tapi aku takut kehilangannya..!” balas Zhey.
“ La kamu sejak tadi pagi dari mana ? Tak cari kemana-mana ndak ada....Eh tau-tau udah di asrama!”
“ Maaf....Tadi pagi pergi ke pematang sawah..!”
“ Hapalan ta  ?” potong Vicky.
Zhey menggeleng pelan.
“ Trus ?” Vicky mengeryitkan dahi. Menatap Zhey dalam.
“ Ndak ada..Cuma pengen ke sana aja....Melepas beban..! Pikiranku lagi mumet..!” balas Zhey.
“ Weleh-weleh.....apa gara-gara rembulan sampean ta ?”
Zhey diam sejenak, hatinya tak bisa memungkiri, semua yang terjadi di pagi ini karena semua nama, sebuah nama dari rembulan terindah yang telah ia temukan. “ Keyla”
“ Mungkin....! “ dengan datar Zhey mengungkap apa yang memang tengah berselorok di kedalam jiwanya.
“ Tenang saja ....Selama rembulan itu kamu  jaga..! Insya Allah...Dia akan tetap menjadi rembulan terindah untuk kamu dan hidupmu....Jangan sampai kamu melukainya...atau mmebuat rembulan meneteskan air mata....Terimalah segala kekurangannya....mengertilah apa yang ia harapkan...! Berilah sebuah kisah terindah untuk rembulan kamu....dan jadikanlah dia sebagai rembulan terakhir di perjalanan cintamu...!”
“ Tapi..apa yang aku isa berikan untuk rembulanku dengan segala kekurangan yang aku miliki saat ini...!?” tanya Zhey sedih, ia ragu, apakah ia benar-benar mampu menjaga sang rembulan agar tetap bersinar.” Apa aku harus menjadi raksasa yang menghalangi matahari ?” lanjut Zhey.
“ Tidak perlu...kamu tidak perlu melakukan apapun....saat rembulan datang di malam hari, sambutlah dia dengan cintamu....Saat ia pergi di kala siang...Maka sabarlah menantinya....Sabarlah menunggu kedatangannya.....,  dan jangan sampai cinta itu berubah...Cintailah rembulan sebagaimana ia indah di malam hari.....Cintailah rembulan  sebagaimana ia harus menghilang di kala siang....! Itulah.......Hal terindah yang bisa kamu lakukan untuk rembulanmu...., dan berdolah pada Sang Maha Cinta......Pintalah agar Rembulan jangan lagi menghilang......”
“ Terima kasih.....Insya Allah....!”


Erdianz El_Qudzy
 29 oktober 2012 dalam sebuah catatan nafas kerinduan untukmu di sana.

0 komentar: