Pagi
masih tampak anggun berhias kabut tipis yang menyelimuti perbukitan. Angin
dingin yang berhembus pelan masih setia, membawa pesan dari kisah semalam yang
belum usai. Mereka berlarian kecil saling berkejar-kejaran sambil sesekali
membelai dedaunan dan ranting-ranting pohon yang masih basah karena embun yang
belum menghilang, hingga beberapa melodi merdu sempat tercipta saat keduanya
beradu.
Begitu
juga hati pemuda yang kini tengah diam, berdiri mematung hampir seperempat jam
di pematang sawah, membiarkan pandangannya beradu dengan langit yang mulai
tampak cerah, namun bola mata itu tidaklah benar-benar menatap langit, bola
mata itu terus mengamati sesuatu yang masih tampak samar walau pagi sudah
muncul.
“ Rembulan....!”
desah pemuda itu lirih. Bibirnya kembali terkatup rapat. Dingin yang menghujam
tubuhnya ia biarkan, ia tak peduli dengan apa yang kini terjadi di dalam
hidupnya. Yang menjadi satu hal terpenting dalam hidupnya adalah ia harus
segera menyelesaikan semua yang masih tertunda, mewujudkan semua
mimpi-mimpinya.
“ Apakah
kamu akan menghilang di kala siang datang....? Apakah kamu akan meninggalkanku
di saat singa itu muncul ? Rembulan...Rembulan.....Kamu memang datang hanya di
waktu malam....Tapi aku yakin.....Esok kamu akan menjadi rembulan yang selalu
menerangi siang dan malamku...! Rembulanku...!” bisik pemuda itu datar, seakan
tengah berbicara dengan sekawanan burung yang baru saja terbang tidak jauh dari
hadapannya.
Perlahan
namun pasti, akhirnya sinar keemasan mulai menembus kabut, membawa sebuah kabar
baru. Sejenak pemuda itu mengalihkan pandangan dimana sinar itu muncul, seraya
menguntai senyum ia kembali berkata dalam keheningan.
“ Matahari..!”
Ia kembali
tersenyum, dan ingatannya tertuju pada sahabatnya Vicky, tepatnya tentang percakapan
keduanya saat tengah larut malam seraya menikmati indahnya bintang gemintang
yang bercanda bersama rembulan.
“ Zhey.....Kamu
lihat rembulan itu ?” ujar Vicky datar. Bola matanya yang hitam cerah menatap
rembulan yang bertahta dengan angun di langit, bagai seorang putri dengan
mahkota serta gaun terindahnya yang berlapisan cahaya.
“ Iya !”
pemuda yang ternyata bernama Zhey itu langsung merubah posisi wajahnya yang
semula tertunduk, ia ikut mengamati rembulan yang bersinar sempurna malam itu.
“ Aku pernah
mecintai seorang gadis.....Aku menganggap dia adalah rembulan...! tapi sayang
gadis itu harus menghilang di siangku karena matahari....Andai aku bisa..! Aku akan
meminta kepada Allah...Agar aku menjadi seorang raksasa terbesar....Hingga aku
bisa menghalangi matahari...dan rembulan tidak akan pernah menghilang lagi..!
tapi aku tidak bisa..dan rembulan itu akhirnya menghilang dari hidupku.....”
ujar Vicky. Wajahnya tampak cerah.
“ Beh.....Ada-ada
saja kamu Vick...!”
“ Ya gimana
lagi ? Jika itu satu-satu cara yang bisa kulakukan....Mau gimana lagi !”
“ Bener....semua
memang butuh pengorbanan.....! termasuk cinta...”
****
“ Allah..!”
pemuda itu kembali mendesah, mengakhiri memorinya tentang percakapannya dengan
sahabatnya di malam lusa. Kini pikiran itu tengah berkecamuk tentang beberapa
pertanyaan yang hadir sejak dialog malam lusa.
Apakah
aku bisa terus bersama rembulan ?
Apakah
aku harus menjadi seorang raksasa agar aku bisa menghalangi matahari, dan
rembulan tidak akan mengilang lagi ?
Lalu...Apa
yang bisa aku berikan untuk rembulanku di sisa perjalanan hidupku ini ?
“ Ya
Allah ampuni hamba..!” dalam resah penuh harap, dalam cinta yang terus
berselimut kerinduan yang tiada henti mengalir pemuda itu berdoa, menyampaikan
sebuah salam cintanya untuk Dzat Yang Maha Mendengar, untuk Dzat Yang Lebih
Mengetahui tentang siapa gadis yang kelak akan benar-benar menjadi rembulan
dalam hidupnya, andai nama antara dirinya dan seseorang yang telah terlukis di Lauhul
Mahfud mampu diubah, ia tak akan letih untuk berdoa, agar nama gadis
yang kini terukir di dalam jiwanyalah yang akan menjadi rembulannya, gadis yang
akan melengkapi separuh perjalanan hidupnya, gadis yang akan menyempurnakan
hidupnya.
“ Keyla...!”
****
“ Gimana ? udah Ketemu sama rembulan kamu ? “
tanya Vicky tanpa beban seraya duduk di samping Zhey yang masih tampak letih
usai dari pematang sawah sejak pagi tadi.
“ Sudah.....!
Tapi aku takut kehilangannya..!” balas Zhey.
“ La kamu
sejak tadi pagi dari mana ? Tak cari kemana-mana ndak ada....Eh tau-tau udah di
asrama!”
“ Maaf....Tadi
pagi pergi ke pematang sawah..!”
“ Hapalan
ta ?” potong Vicky.
Zhey
menggeleng pelan.
“ Trus ?”
Vicky mengeryitkan dahi. Menatap Zhey dalam.
“ Ndak ada..Cuma
pengen ke sana aja....Melepas beban..! Pikiranku lagi mumet..!” balas Zhey.
“ Weleh-weleh.....apa
gara-gara rembulan sampean ta ?”
Zhey
diam sejenak, hatinya tak bisa memungkiri, semua yang terjadi di pagi ini
karena semua nama, sebuah nama dari rembulan terindah yang telah ia temukan. “ Keyla”
“ Mungkin....!
“ dengan datar Zhey mengungkap apa yang memang tengah berselorok di kedalam
jiwanya.
“ Tenang
saja ....Selama rembulan itu kamu
jaga..! Insya Allah...Dia akan tetap menjadi rembulan
terindah untuk kamu dan hidupmu....Jangan sampai kamu melukainya...atau mmebuat
rembulan meneteskan air mata....Terimalah segala kekurangannya....mengertilah
apa yang ia harapkan...! Berilah sebuah kisah terindah untuk rembulan
kamu....dan jadikanlah dia sebagai rembulan terakhir di perjalanan cintamu...!”
“ Tapi..apa
yang aku isa berikan untuk rembulanku dengan segala kekurangan yang aku miliki
saat ini...!?” tanya Zhey sedih, ia ragu, apakah ia benar-benar mampu menjaga
sang rembulan agar tetap bersinar.” Apa aku harus menjadi raksasa yang
menghalangi matahari ?” lanjut Zhey.
“ Tidak perlu...kamu
tidak perlu melakukan apapun....saat rembulan datang di malam hari, sambutlah
dia dengan cintamu....Saat ia pergi di kala siang...Maka sabarlah
menantinya....Sabarlah menunggu kedatangannya....., dan jangan sampai cinta itu berubah...Cintailah
rembulan sebagaimana ia indah di malam hari.....Cintailah rembulan sebagaimana ia harus menghilang di kala
siang....! Itulah.......Hal terindah yang bisa kamu lakukan untuk rembulanmu....,
dan berdolah pada Sang Maha Cinta......Pintalah agar Rembulan jangan lagi
menghilang......”
“ Terima
kasih.....Insya Allah....!”
Erdianz
El_Qudzy
29 oktober 2012 dalam sebuah
catatan nafas kerinduan untukmu di sana.
0 komentar:
Posting Komentar