Selasa, Februari 19, 2013

HARUS KU BERI JUDUL APA?

Adzikro@l_aqso
 Matanya saat bertemu tanpa sengaja dengan mataku yang juga tak sengaja menatapnya. Namun dari ketidaksengajaan itu aku mulai menyengaja mata ini untuk sekadar mencuri pandang teduh matanya yang berada di antara putih kulitnya, tersembunyi di balik kerudung warna krem, senada dengan warna kulitnya. Sebuah isyarat penuh makna aku tangkap dari ketertundukannya saat tiba-tiba saja dia tahu bahwa dua bola mataku terus mencari cela untuk sedikit menikmati keindahannya.
“astaghfirullah” hatiku benar-benar tergetar. Seenyumnya sungguh membuatku kagum, salahkah jika aku mengagumi keindahan yang terpancar darinya. Ataukah aku harus diam saja, menahan semua rasa yang begitu bronto ingin terus saja menikmatinya. Tapi setahuku  apa yang aku rasa ini adalah salah, tapi....
@@@
Kukira dia telah berlalu, ternyata aku keliru, bahkan semakin dekat, sangat dekat. Dia telah mampu menyihir kediamanku yang kata teman-teman nggak peduli dengan bidadari yang turun sekalipun di hadapanku. Tapi ini lain. Siapa dia? Siapa namanya?dapatkah aku mengenalnya?semoga saja.
Bersama beberapa teman baru, baru saja aku kenal, beberapa waktu lalu, tapi sepertinya sudah lama. Sementara aku redamkan dulu gelora yang melanda, aku ingin juga mengisahkan mereka, n faham mereka yang entah tiba-tiba saja bisa mengerti saya, mereka pun faham dengan yang aku rasa.
sebuah nama yang nggak asing, sering aku dengar, bagaimana tidak namaku mereka pakai, hanya saja mereka menambahkan huruf “R” atau satunya menambah huruf “N” setelah huruf “A”, sebuah huruf pembuka yang menjadi awal namaku. Habis dua huruf itu berlalu berlalu kata-kata “DI” seakan memberi istidrok yang biasanya dalam gramatika arab tujuan  keberadaan istidrok adalah memperjelas status subjek penyandang predikat, ini malah akan dapat menimbulkan sebuah ihtimal keserupaan andaikan saja ada yang memanggil dengan kata akhir “DI”, wal hasil nggak perlu panjang lebar, malah mbulet. Nama ke dua temanku itu Andi dan Ardi, dan aku sendiri Adi, beres toh.
Sebuah perkenalan yang awalnya nggak pernah aku duga sebelumnya, mungkin aku, dia dan dia sudah pernah, sedikit, nggadek or gak nggadek. Keduanya begitu mengerti apa yang aku rasa, udahlah nggak perlu aku mengulang-ulang kata, kasihan yang dengernya bossen.
Entah karena dia risih kerena aku yang terlalu pengen menikmati keindahannya yang sejak tadi saat aku menatapnya malah dia sengaja menundukkan pandangannya, menyembunyikan ayunya, atau kalau tidak dia menyampingkan kerudungnya, menutupi sebagian wajahnya. Seakan dia tidak ingin kecantikannya aku nikmati, dia ingin mungkin hanya mereka yang halal yang dapat menikmati keindahannya. Atau mungkin juga dia memberi isyarah padaku agar aku putus asa, berhenti untuk berusaha mengintip senyum manisnya, dia coba memberi tahuku bahwa aku nggak boleh memandangnya terlalu dalam. Seakan dia mengingatkan kembali pada peci yang bertenger di atas kepalaku, pandangan pertama yang tanpa sengaja, tak apalah anggap saja sebagai bonus, semacam itulah. Tapi jika itu berlanjut, wah perlu rasanya aku harus membuka dompetku lagi, di situ ada foto Mbah Yai, apa kamu tega menghianati petuahnya tempo hari.
Nasehat-nasehat terus saja aku juruskan padaku yang terlalu. Mabk Vina, Mbak Vina, ternyata itu kamu, kamu yang sebenarnya telah lama aku kenal, hanya saja fotomu yang temani obrolan kita tempo waktu. Tak ku sangka kita harus bertemu di tempat ini, tempat yang aku sendiri tahu bahwa kamu akan hadir, tapi tak pernah berpikir bahwa awal pertemuan itu adalah dari sebuah kata “0”, hanya kekaguman, tapi tak tahu ah...apa yang ku pikirkan. Semoga besok engkau pun menyadari perjumpaan itu, dan engkau melihatku, lalu engkau sedikit bercerita langsung padaku. Oke mbak Vina semoga engkau hadir dalam mimpiku, menyepaku bersama dua sahabat baruku, tak hanya  itu semoga itu akan segera ada dalam dunia sadarku. Tapi mbak...maaf jika aku terus mencuri anggunmu, namun setelah aku tahu dia, yang ku intai adalah kamu, ada rasa sungkan, sekarang biar aku menjadi sahabatmu, fansmu atau boleh murid sastramu, dewasa katamu tak seimut wajahmu.
*cukup zo...iki wae...ws

27 desember 2010…..sepenggal catatan dari sahabat q……
 

0 komentar: