Adzikro@l_aqso |
Matanya saat bertemu tanpa sengaja dengan
mataku yang juga tak sengaja menatapnya. Namun dari ketidaksengajaan itu aku
mulai menyengaja mata ini untuk sekadar mencuri pandang teduh matanya yang
berada di antara putih kulitnya, tersembunyi di balik kerudung warna krem,
senada dengan warna kulitnya. Sebuah isyarat penuh makna aku tangkap dari
ketertundukannya saat tiba-tiba saja dia tahu bahwa dua bola mataku terus
mencari cela untuk sedikit menikmati keindahannya.
“astaghfirullah”
hatiku benar-benar tergetar. Seenyumnya sungguh membuatku kagum, salahkah jika
aku mengagumi keindahan yang terpancar darinya. Ataukah aku harus diam saja,
menahan semua rasa yang begitu bronto ingin terus saja menikmatinya.
Tapi setahuku apa yang aku rasa ini
adalah salah, tapi....
@@@
Kukira dia telah
berlalu, ternyata aku keliru, bahkan semakin dekat, sangat dekat. Dia telah
mampu menyihir kediamanku yang kata teman-teman nggak peduli dengan bidadari
yang turun sekalipun di hadapanku. Tapi ini lain. Siapa dia? Siapa
namanya?dapatkah aku mengenalnya?semoga saja.
Bersama beberapa
teman baru, baru saja aku kenal, beberapa waktu lalu, tapi sepertinya sudah
lama. Sementara aku redamkan dulu gelora yang melanda, aku ingin juga
mengisahkan mereka, n faham mereka yang entah tiba-tiba saja bisa mengerti
saya, mereka pun faham dengan yang aku rasa.
sebuah nama yang
nggak asing, sering aku dengar, bagaimana tidak namaku mereka pakai, hanya saja
mereka menambahkan huruf “R” atau satunya menambah huruf “N” setelah huruf “A”,
sebuah huruf pembuka yang menjadi awal namaku. Habis dua huruf itu berlalu
berlalu kata-kata “DI” seakan memberi istidrok yang biasanya dalam
gramatika arab tujuan keberadaan istidrok
adalah memperjelas status subjek penyandang predikat, ini malah akan dapat
menimbulkan sebuah ihtimal keserupaan andaikan saja ada yang memanggil
dengan kata akhir “DI”, wal hasil nggak perlu panjang lebar, malah mbulet.
Nama ke dua temanku itu Andi dan Ardi, dan aku sendiri Adi, beres toh.
Sebuah perkenalan
yang awalnya nggak pernah aku duga sebelumnya, mungkin aku, dia dan dia sudah
pernah, sedikit, nggadek or gak nggadek. Keduanya begitu mengerti apa
yang aku rasa, udahlah nggak perlu aku mengulang-ulang kata, kasihan yang
dengernya bossen.
Entah karena dia
risih kerena aku yang terlalu pengen menikmati keindahannya yang sejak tadi
saat aku menatapnya malah dia sengaja menundukkan pandangannya, menyembunyikan
ayunya, atau kalau tidak dia menyampingkan kerudungnya, menutupi sebagian
wajahnya. Seakan dia tidak ingin kecantikannya aku nikmati, dia ingin mungkin
hanya mereka yang halal yang dapat menikmati keindahannya. Atau mungkin juga
dia memberi isyarah padaku agar aku putus asa, berhenti untuk berusaha
mengintip senyum manisnya, dia coba memberi tahuku bahwa aku nggak boleh
memandangnya terlalu dalam. Seakan dia mengingatkan kembali pada peci yang
bertenger di atas kepalaku, pandangan pertama yang tanpa sengaja, tak apalah
anggap saja sebagai bonus, semacam itulah. Tapi jika itu berlanjut, wah perlu
rasanya aku harus membuka dompetku lagi, di situ ada foto Mbah Yai, apa kamu
tega menghianati petuahnya tempo hari.
Nasehat-nasehat
terus saja aku juruskan padaku yang terlalu. Mabk Vina, Mbak Vina, ternyata itu
kamu, kamu yang sebenarnya telah lama aku kenal, hanya saja fotomu yang temani
obrolan kita tempo waktu. Tak ku sangka kita harus bertemu di tempat ini,
tempat yang aku sendiri tahu bahwa kamu akan hadir, tapi tak pernah berpikir
bahwa awal pertemuan itu adalah dari sebuah kata “0”, hanya kekaguman, tapi tak
tahu ah...apa yang ku pikirkan. Semoga besok engkau pun menyadari perjumpaan
itu, dan engkau melihatku, lalu engkau sedikit bercerita langsung padaku. Oke
mbak Vina semoga engkau hadir dalam mimpiku, menyepaku bersama dua sahabat
baruku, tak hanya itu semoga itu akan
segera ada dalam dunia sadarku. Tapi mbak...maaf jika aku terus mencuri
anggunmu, namun setelah aku tahu dia, yang ku intai adalah kamu, ada rasa
sungkan, sekarang biar aku menjadi sahabatmu, fansmu atau boleh murid sastramu,
dewasa katamu tak seimut wajahmu.
*cukup zo...iki
wae...ws
27 desember 2010…..sepenggal
catatan dari sahabat q……
0 komentar:
Posting Komentar