Sekilas
 sebagai muqadimah (pembuka)  untuk memulai topik tentang bencana alam 
ada baiknya kita memperbanyak bersyukur karena sampai detik ini kita 
masih di beri kesempatan untuk menghirup segarnya udara menikmati sinar 
matahari pagi dan berdoalah semoga kita terhindar dari bencana yang 
identik dengan rasa sakit, luka dan kerusakan.
Bencana alam, 
sebuah fenomena yang tentunya tidak asing lagi di telinga khususnya kita
 sebagai warga Negara Indonesia. Berbagai bencana melanda di setiap 
sudut kota,mulai dari banjir , tanah longsor, gunung berapi, tsunami dan
 masih banyak lagi, dan yang lebih parah lagi Jakarta, ibu kota Negara 
Indonesia sendiri juga tak lepas dari musibah bencana alam. Dan 
baru-baru ini sembulan abu panas dari gunung merapi aktif sudah menjadi 
topik hangat di masyarakat. Lalu siapakah dalang di balik semua bencana 
alam yang sudah menjadi adat (kebiasaan) dalam kehidupan sekarang ini ? 
apakah semua yang terjadi ini sudah secara haq bil mutlaq kehendak dari 
sang khaliq ataukah justru sebuah azab (siksa) yang sedang kita terima 
atas kesalahan kita.
Banyak yang mengira bencana memang sudah dari
 kehendak yang di atas sehingga dengan santai para manusia tetap 
melakukan apapun yang mereka anggap benar padahal tanpa mereka sadari 
apa yang mereka lakukan adalah sebuah pelanggaran yang menyebabkan 
sistem alam berubah, dan hal itulah penyebab sang kahliq tidak 
segan-segan menurunkan bencana kepada kita agar kita sadar akan 
kesalahan kita, sadar dengan perbuatan kita yang telah mengganggu sistem
 keseimbangan yang telah di ciptakan sesempurna mungkin. 
Tapi 
pada kenyataannya, bencana yang sering melanda hanya di anggap sebuah 
takdir belaka. Itulah salah satu bukti betapa kita memang layak untuk 
menerima bencana secara bertubi-tubi silih berganti. Dan bukankah lebih 
layak, jika bencana alam yang sering terjadi sekarang secara lazim di 
sebut azab atas kesalahan kita, kesalahan yang di mana kita telah lupa 
tugas utama kita di ciptakan. Bukankah manusia di ciptakan untuk menajdi
 seorang khalifah (pemimpin). 
manusia di ciptakan untuk menjadi 
seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi ini,dengan artian manusialah 
yang wajib secara mutlaq untuk menjaga dan melindungi alam ini agar 
tetap terjaga keseimbangannya. Sehingga antara alam dan ingkungan tetap 
terjadi keharmonisan.
Tugas manusia sebagai kahlifah tercantum 
jelas dalam kalamullah al-quran al- karim “ ingatlah ketika tuhanmu 
berfirman  kepada para malaikat “ sesungguhnya aku hendak menjadikan 
seorang khalifah di muka bumi” mereka berkata : “ mengapa engkau hendak 
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan 
padanya dan menumpahkan darah padahal kami senantiasa bertasbih dengan 
memuji engkau dan mensucikan engkau ”tuhan berfirman ‘ sesungguhnya aku 
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Al-baqarah ayat 30) 
Tapi
 sangat di sayangkan, hanya segelintir saja manusia yang sadar akan 
tugas penciptaan mereka. Sebagian besar dari manusia justru menjadi 
perusak alam yang seharusnya mereka jaga dan lindungi. Contoh kecil 
misalnya : penebangan liar yang mulai merajalela. Bukankah penebangan 
liar yang sering di artikan penebangan tanpa adanya izin dari pemerintah
 setempat itu akan menyebabkan hutan gundul, akibatnya ketika hujan 
turun dan meresap ke dalam pori-pori bumi , air mengalir bebas tanpa 
terkendali karena  sistem penyerapan air pada tanah menurun drastis 
dengan kurangnya atau bahkan habisnya komponen utama yang sangat penting
 dalam proses respirasi yaitu akar. Al hasil air yang terus bertambah 
dan sama sekali tidak terjadi pengurangan volume maka dengan mudah akan 
meluap dan banjir tidak bisa lagi terelakkan. bukankah hal itu sangat 
merugikan bagi manusia itu sendiri dan mahluk lain yang tidak bersalah.
Selain
 dari contoh di atas banyak sekali contoh lain yang mungkin bisa menjadi
 alasan utama kalau manusia itu layak di katakan sebagai faktor utama 
penyebab rusaknya sistem alam. Contoh lain, sistem ladang berpindah yang
 mengakibatkan intensitas hutan menurun dari tahun ke tahun, pembuangan 
limbah pabrik di laut mengakibatkan polusi air dan musnahkan mahluk 
hidup di laut maupun sekitarnya, pembuangan sampah di area sungai. 
Bukankah contoh-contoh dari pelanggaran di samping sudah menjadi adat 
bagi masyarakat sehingga dengan santai mereka merasa seolah terbebas 
dari kekungan rasa bersalah. Jadi pantas saja jika sang kaliq menurunkan
 bencana atau lebih tepatnya azab dengan tujuan memberi peringatan 
kepada manusia yang lupa akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai 
khalifah agar segera sadar dan segera kembali merawat alam agar 
keseimbangan yang sempat terganggu kembali normal.
Allah berfirman
 “ telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena 
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka 
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kambali (ke jalan
 yang benar)“ {Ar-Rum Ayat 41}. 
Dari friman Allah di atas, sudah 
jelas bukan bahwasanya kerusakan yang terjadi di darat dan di laut 
adalah karena ulah tangan manusia iu sendiri. Ulah tangan dari para 
manusia yang telah di penuhi keserakahan dan nafsu sehingga dengan 
seenaknya mereka melakukan hal-hal yang membuat merusak sistem 
keseimbangan alam.
Sebagai taukid (penguat) nabi bersabda 
"Takutilah dosa, karena dosa itu akan menghancurkan kebaikan. Ada dosa 
yang menyebabkan rezeki tertahan, walaupun sudah dipersiapkan 
kepadanya". Dari hadist tersebut, sudah jelas bukan, semua kerusakan 
yang ada di muka bumi adalah akibat dari dosa, dosa yang terkadang tidak
 tersadari atau justru pura-pura lupa dan di saat kerusakan (bencana) 
itu datang barulah kita menyadarinya .
dalam hadist lain yang 
diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah SAW bersabda "Manusia tidak akan 
binasa sebelum mereka banyak melakukan dosa". Maksiat menyebabkan 
longsor dan gempa bumi serta hilangnya keberkahan. Suatu kali Rasulullah
 SAW melewati wilayah bekas perkampungan kaum Tsamud. Beliau melarang 
para sahabat untuk memasukinya kecuali dalam kondisi menangis serta 
melarang mereka meminum airnya atau mengambil air dari sumurnya. Karena 
dampak sial dari maksiat terdapat dalam air. Demikian pula dampak sial 
maksiat pada kerusakan buah-buahan. 
Dampak lain dari maksiat 
adalah kesialan dosa yang juga menimpa orang lain dan kendaraannya. 
Pelaku maksiat dan orang lain terkena sial dan efek dari dosa, sehingga 
banyak sekali pihak yang di rugikan dari kerusakan yang sudah merajalela
 sekarang ini.
Allah SWT berfirman, "Maka setiap-tiap 
(orang, golongan, kaum atau bangsa) Kami siksa karena dosanya.Ada di 
antaranya yang Kami tumpahkan hujan lebat (sampai banjir besar atau 
berjangkitnya penyakit), ada yang dihukum dengan suara guntur dan kilat 
sabung-menyabung ; ada lagi yang Kami benamkan ke dalam perut bumi; dan 
ada pula yang Kami tenggelamkan di tengah lautan. Semuanya itu bukanlah 
karena Tuhan menganiaya mereka, melainkan mereka menganianya diri 
sendiri" (Al Ankabut 40). Pada waktu akhir-akhir ini beruntun - runtun 
terjadinya bencana yang menimpa manusia. Baik di tanah air kita maupun 
di berbagai benua di seluruh dunia, tidak lain karena kesalahan manusia 
itu sendiri, semua yang terjadi adalah hasil dari keserakahan dan 
keegoisan manusia itu sendiri. “.
Dengan mata terbuka.kalau kita 
meninju dari firman allah dan hadist di atas sudah tidak di ragukan lagi
 semua bencana yang terjadi baik di laut atau di daratan adalah 
kesalahan manusia itu sendiri dan secara otomatis akan berimbas pada 
manusia itu sendiri dan juga anak cucu (generasi penerus) kelak.
Lalu
 bagaimanakah agar sistem keseimbanagn ini kembali normal sehingga 
bencana tidak lagi menjadi topik hangat dalam kehidupan sehari-sehari 
bahkan kalau bisa bencana hanya menjadi sebuah catatan kecil dari 
lembaran bab-bab buku sejarah ? apa setelah kita membahas tentang 
bencana kita tetap akan membunag limbah di laut, melakukan penebangan 
liar, membuang sampah di sembarang tempat dan juga 
pelanggaran-pelanggaran lainya. Tentu tidak.semua kita kembalikan pada 
diri pribadi bagaimana dan apa yang seharusnya kita lakukan uuntuk 
menghadapi fenomena bencana yang sering melanda sekarang ini. 
Ada
 baiknya mulai sekarang kita mulai melakukan pendekatan kepada alam 
melakukan perbaikan semua yang telah kita rusak dan musnahkan dari alam,
 sehingga jarak yang sempat terpaut jauh antara manusia dan alam kembali
 mendekat. Keharmonisan antara manusia dan alam kembali seperti semula. 
Semua seimbang tanpa adanya yang sakit dan yang tersakiti.  (semoga 
bermanfaat)
Oleh : Muhammad Ardi Ansha Pendidikan Matematika tahun 2010. 
di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Karya Ilmiah.
Dosen pembimbing : Drs. Ahmad Jamjuri Suherman.






0 komentar:
Posting Komentar